“Hoam,
ah sudah pagi, tunggu apa yang terjadi pada kamarku?, apakah ayah mendekorasinya
saat aku tidur?” ucap renica dengan suara mengantuk. Aku masih setengah
tertidur jadi aku tidak terlalu menghiraukanya, ayahku suka mendekorasi ruangan jadi aku rasa itu bukan hal yang aneh.
Aku memanggil ayah sambil memakai sendal kelinci, saat aku berjalan turun dari
tangga, entah bagaimana kepala ku mulai pusing, aku memegang pegangan tangga
sambil menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh, tiba-tiba mulai muncul suara
dengungan dan pandanganku mulai kabur, aku mulai perlahan duduk dengan tetap
memegang pegangan lantai.
Setelah beberapa
saat, kepalaku mulai membaik, untungnya aku tidak jatuh dari tangga. Aku perlahan
membuka mataku, pandanganku perlahan menjadi jelas, aku sangat terkejut dan mulai
panik, badanku bergemetar dipenuhi rasa takut, aku melihat tangga dan ruangan
disekitarku berubah, aku mulai mendengar suara orang sedang mengobrol di bawah
tangga, aku perlahan menuruni anak tangga dengan detak jantung yang sangat
kencang, aku mulai mengatur nafasku dan mulai mengintip melalui celah, aku melihat
sekumpulan orang dengan pakaian ilmuan sedang berdebat hebat, salah satu dari
mereka mendorong lawan bicaranya sampai terbentur besi dan pingsan, aku mencoba
menahan mulutku untuk berteriak, semua orang mulai mencoba mengaktifkan alat besar
berbentuk lingkaran ditengah mereka, suasana mulai menjadi panas, dan aku harus
mencari cara untuk keluar dari ruangan ini, setelah aku hampir berhasil keluar
dengan sembunyi-sembunyi, aku mendengar suara dengingan yang sangat keras, aku
menutupi kupingku dan berteriak karena telingaku terasa sangat sakit, aku
berteriak sampai aku tidak bisa mendengar teriakanku sendiri, cahaya putih
mulai muncul dari tengah ruangan, aku memejamkan mataku karena cahaya itu, aku
rasa itu berasal dari alat itu, aku berusaha berlari, tetapi, badanku terasa
tidak bisa kugerakan. Suasana mulai mereda, aku rasa aku sudah tuli karena
suara itu, aku rasa cahaya itu mulai menghilang, aku mulai membuka mata, yang
kulihat membuatku terpaku, suasana hening dengan suara berdenging yang mulai memudar,
latar belakang yang cerah dengan lantai tanah seperti kawah, apakah kejadian
itu menghancurkan ruangan tadi?, atau mungkin, apakah aku sudah mati?, aku mulai
melihat benda seperti bola hitam aneh yang melayang, aku mulai menghampiri bola
besar aneh itu dan melihat samar samar hal aneh seperti bergerak di sampingnya,
benda itu transparan dan mulai membentuk wujud, mereka terus berputar dan
membuat bola hitam itu mulai memudar sampai akhirnya hilang, salah satu dari
mereka melihatku.
Disaat
bersamaan aku mendengar lagu yang sangat familiar, lagu itu mulai terdengar
jelas dan semakin jelas, lalu aku seketika seperti terjatuh dan bangun dari
tidurku. “huff untung cuma mimpi.” Ucap renica yang sangat berkeringat, aku sangat
lega itu hanyalah mimpi dan suara lagu itu hanyalah alaram smart phoneku,
tetapi itu terasa sangat nyata dan aku masih mengingat mimpi itu dengan sangat detail,
aku pernah mempikan ini tetapi mimpi ini semakin terasa nyata setiap aku
mempimpikanya lagi. Aku berusaha mengabaikan itu dengan bergegas mengambil handuk
dan mandi, aku memakan sarapan seperti biasa lalu menaiki bus untuk pergi ke
sekolah, “ah aku harap bisa mendapat teman yang baik nanti.” Ucap renica dalam
hati.
Setelah
beberapa menit aku akhirnya sampai disekolah, “aroma yang menyegarkan.” Ucap renica
dalam hati sembari menghembuskan nafas, ngomong-ngomong aku juga suka
menggunakan jepit rambut terutama yang berbentuk bunga, jepit rambut ini
spesial karena jepit rambut bunga ini satu-satunya peninggalan nenek ku, hari
ini aku menggunakan parfum baru, parfum ini adalah hadiah dari ayahku, baunya seperti
popcorn dan sedikit mint, baunya sangat tidak mencolok dan aku sangat menyukainya.
Seorang perempuan tiba-tiba
menghampiriku dan aku merasa sedikit gugup, “Hai kamu terlihat imut, namamu
siapa?, namaku Yole, salam kenal orang asing!.” Ucap Yole dengan nada yang
bersemangat dan ceria, “orang asing?, um, oh namaku Renica salam kenal Yole!.” Ucap
Renica dengan nada panik dan grogi, “renica jangan tegang begitu, anggap aku teman
lamamu okey?” Balas Yole dengan nada bercanda, “oh anyway, siapa kamu
sebenarnya?.” sambung Yole dengan tatapan yang berubah menjadi sinis, “maaf?.” Ucap
Renica dengan ekspresi bingung dan sedikit takut, Yole menatap renica tanpa
berbicara apapun. “Ahahaha ngga apa-apa, cuma bercanda kok!, yuk masuk!.” Ujar Yole
dengan nada bercanda dan sedikit tawa, “oh okey hehehe.” Ujar renica dengan
ekspresi yang tidak nyaman. Aku rasa ada yang aneh dengan yole, tapi setidaknya
aku rasa dia orang baik, kami pun menuju ke kelas, yole pun berjalan di depanku
aku tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti dia.
Ini
sudah waktunya istirahat, kepalaku mulai pusing, aku takut kejadian di mimpi
benar-benar terjadi lagi di dunia nyata, aku menuju ke kamar mandi dan saat
diperjalanan aku melihat 3 orang menghadang jalanku. “Maaf, permisi lewat.” Ujar
renica dengan suara lembut, “apa? Beraninya lu ngomong ke kita?” ujar perempuan
itu dengan menjambak rambut renica, “lu ngga tau siapa kita?” sambung perempuan
itu dengan tatapan sinis, “sa.. sakit, tolong lepaskan aku.” Ujar renica dengan
suara merintih kesakitan, “apa?, lepaskan kamu?, hm ada syaratnya cewek manis.”
Ujar pria teman wanita itu dengan tatapan yang mengerikan, “ellor lu kok bilang
ini cewek manis sih?” ujar perempuan lainnya, “lah kenapa?, astryn lu suka sama
gw ya?, ahahaha.” Ejek ellor dengan melipat tangan di dada, astryn pun langsung
menampar ellor lalu pergi, “woi astryn gw bercanda!” ujar Ellor sambil lari mengejar
Astryn, “awas lu lain kali ya, gw pastiin muka lu jadi sejelek kotoran babi!”
ancam perempuan itu dengan bergegas mengejar kedua teman nya. Aku pun bergegas
ke kamar mandi dengan keadaan yang berantakan, dan jepit rambut yang sudah
rusak, ini adalah satu-satunya peninggalan dari orang yang menyayangiku dengan
tulus, tapi sekarang semua itu hancur karenaku.
Aku pun mulai menangis
dan menjaga suaraku agar tidak terdengar orang lain. “Nenek maafkan aku” bisik
renica kepada jepit rambut itu. Aku mulai merapikan rambutku, dan menyimpan jepit
rambut ke saku, aku keluar dari kloset dan menuju ke wastafel untuk membasuh
muka, aku menatap kaca dan tersenyum berusaha meyakinkan semuanya akan baik-baik
saja, setelah aku pergi, aku merasa ada hal ganjil, aku kembali melihat kaca di
wastafel dan ternyata bayangan diriku tidak sinkron dengan diriku sendiri,
bayangan itu tetap tersenyum dan matanya seperti menatapku, aku sangat
ketakutan dan berfikir itu hanyalah imajinasi, aku menutup mata dan berharap
bayanganku kembali normal saat aku membuka mata, tapi setelah aku membuka mata,
“halo renica, akhirnya sudah saatnya.” Ucap bayangan misterius itu dengan wajah
tersenyum.