“Desir kehampaan yang mulai menyapu langit, kehidupan manusia semakin ternoda setiap harinya. Aku selama ini hanyalah seperti tangkai mawar yang mati didalam guci, dengan kain putih yang menutupinya. Hidup bak sungai yang mengalir, sungai yang memiliki air terjun di setiap ujungnya, begitulah kehidupan manusia, apapun jalur sungai yang mereka ambil atau dapat, pada akhirnya, semua akan berakhir sama.” Bayangan hitam itu mulai mendekati renica dengan menghela nafas panjang sambil tersenyum menakutkan, “manusia, jenismu merupakan ancaman dan anugrah di dunia ini, membuat alam menciptakan cabang sejarah baru, retakan mimpi buruk masa lalu akan mulai muncul kembali, dan aku harus menjadi dirimu yang asli.” Renica seketika terjatuh lalu bangun dari tidurnya.
Aku
sering bermimpi aneh belakangan ini, dan mimpi itu seperti kenyataan. Apakah
aku mulai gila?, ah lupakan itu, sebentar lagi jam masuk kelas, hari ini
kelasku mengadakan Qwerizen atau hari pengenalan, para pembimbing membiarkan
murid untuk mengenal sekolah mereka dan memilih minat mereka, mereka harus berkenalan
dengan kaka kelas untuk menjadi pemandu sekolah mereka, jujur ini sangat
merepotkan, aku selalu malu saat bertemu orang asing. Mereka selalu membuatku
takut, tapi ini satu satunya sekolah di kota ini dan aku sudah berjanji kepada
nenek kalau aku akan akan selalu menghadapi masalah dengan senyuman.
Bel
berupa alunan biola sudah terdengar, jujur aku sudah meriset soal sekolah ini,
jadi aku tidak perlu berkenalan kepada kaka kelas, aku mengangkat kepalaku dari
meja dan berusaha terlihat sibuk agar tidak diajak bicara. “halo Renica!, kita
ketemu lagi!.” Ucap perempuan di depan renica, “haloo, um, maaf apakah kita
pernah bertemu?.” Ucap renica dengan canggung, “oh lupakan, ngomong-ngomong,
namaku cella, dan di depanku adiku
namanya kai, salam kenal renica!.” Ucap cella dengan gestur elegan dan lembut,
“halo salam kenal cella dan, kai?.” Ucap renica dengan suara bergetar karena
grogi, kai meloleh kebelakang lalu menundukan kepala setelah itu menoleh
kembali kedepan, “ah lupakan si kai, dia
orangnya memang aneh, tetapi dia orang baik kok!” bisik cella dengan tersenyum
ramah, “ooh, okey hehe” bisik renica dengan gestur canggung, “ngomong-ngomong,
renica, apakah kamu suka menari?.” tanya cella, “menari?, um aku suka menari
ballet di kamarku hehe, ah itu memalukan untuk dibicarakan” ucap renica sambil
menutupi wajah dengan tangan, “benarkah?, itu bagus!, apa kamu ingin melakukan
kegiatan qwerizen dengan kami di aula seni?, aku juga mengajak adiku, tetapi
dia tidak mau, sangat disayangkan sekali” ucap cella dengan ekspresi kecewa,
“ah tentu dong!.” ucap renica dengan senyuman, “benarkah?, yey!” ucap cella
dengan semangat.
“wah
bangunan itu cantik sekali!” ucap renica dengan mata yang terpesona, bangunan
itu seperti rumah kaca berbentuk setengah lingkaran, dan didalamnya banyak tanaman
yang tersusun melingkar di pinggir panggung berbentuk oktagon, “iya cantik, aku
tadi kesini bersama kai dan aku meminta dia mengambilkan foto ku dengan
bangunan itu.” Ucap cella sambil memotret bangunan itu, ekspresi cella berubah
tegang dan serius menatap bangunan itu, “renica ayo cepat kesana” ucap cella
dengan ekspresi serius. Setelah sampai di dalam, aku membayangkan ruangan yang
ramai dengan orang menari dan menggambar, tapi ruangan itu sangat sepi, “kenapa
ruangan ini sangat sepi?” tanya renica ke cella, “oh itu karena semua orang
berada di aula musik, ada murid dari band terkenal, jadi mereka berbondong-bondong
kesana” jawab cella sambil melihat keadaan, “renica mari keatas panggung!, aku
akan memperlihatkanmu sesuatu yang sering kita bertiga laku- eh maksutku ayo
keatas panggung untuk bermain peran!” ucap cella dengan tingkah aneh. Cella
bertingkah aneh saat ini, aku sedikit ragu tapi aku tidak ingin peristiwa masa
lalu terulang kembali, “wah kedengaranya seru, okey!” ucap renica dengan senyum
palsu. “Bayangkan kamu memiliki kekuatan yang bisa menggabungkan semua dimensi
menjadi satu, lalu tutup matamu dan fokus, setelah itu, bayangkan dunia dengan pohon
berdaun semerah darah menghiasi sekolah ini, kamu mengerti?” ucap cella dengan
memakai sepatu ballet miliknya, “lalu apa yang akan kamu lakukan?, um apa kamu
yakin ini bermain peran?” ucap renica dengan kawatir dan cemas, “aku akan menari
mengelilingimu, tidak usah cemas ini hanya latihan imajinasi saja kok!” jawab
cella dengan senyum ramah, “ah okey kalau begitu, untung tidak ada orang yang
kesini, kalau ada, aku akan sangat malu” ujar renica karena sudah merasa lega. Aku
dan cella menaiki panggung, “kamu sudah siap?, tutup matamu okey?” ucap cella
dengan ancang-ancang akan menari, “oh okey!” jawab renica yang sedikit gugup. Aku
mulai membayangkan semua dimensi menjadi satu dan mulai mendengar langkah
tarian cella.
Beberapa menit kemudian
hal aneh mulai terjadi, aku mulai panik karena tubuhku mulai tidak bisa
bergerak dan lantai panggung seakan mulai menghilang dan membuatku seperti
terbang, aku mencoba membuka mata dan berteriak tapi aku tidak bisa. Aku mulai
mendengar banyak suara orang menari dan itu membuatku takut, aku berharap ini hanyalah
mimpi atau halusinasi, aku mengingat kata cella dan mulai membayangkan pohon
semerah darah. Suara mendengung dan suara ketawa cella terdengar, aku sangat
takut. Aku mencoba tetap tenang dan berfikir, tiba-tiba suara itu menghilang sesaat
aku tiba-tiba terjatuh, kepalaku sedikit pusing dan pandanganku sedikit kabur. Setelah
menenangkan diri dengan mengatur nafas, aku mulai berdiri dengan perasaan takut
dan cemas, ruangan mendadak menjadi gelap dengan cahaya merah memenuhi ruangan.
“C-Cella, k-kamu dimana?”
ujar renica dengan ekspresi takut. Aku memutuskan untuk pergi keluar ruangan,
dan aku tidak percaya yang aku lihat, pohon raksasa berdaun merah seperti mencengkram
bangunan sekolah sampai terbang keatas, aku melihat seseorang dibawah pohon itu,
dan entah kenapa dia seperti familiar. Aku mulai melihat sekitar dan memastikan
tidak ada makhluk aneh yang akan menghampiriku, dan aku mulai berlari saat aku
rasa sudah aman. Orang itu seperti tertawa melihatku, saat aku mulai
terengah-engah aku merasa dia mulai mengejekku, jadi aku mempercepat lariku. Saat
sedang fokus berlari dengan amarah, dan tiba-tiba, “Aduh!” ujar renica yang
terkejut. Orang itu tiba-tiba didepanku, dan aku jatuh karena tertabrak olehnya,
“aw imutnya, wahai renica diriku!.” Ujar perempuan itu dengan memegang dagu
renica. Aku sangat terkejut atas apa yang kulihat, aku melihat diriku sendiri
dengan mata merah yang menyala, “s-siapa kamu dan dimana ini?” tanya renica
dengan penuh perasaan takut dan bingung, “ini adalah dunia mimpi milikku
renica, dan aku adalah dirimu, kita teikat oleh takdir yang kami buat. Sekarang,
aku akan tinggal di sisi gelap dalam dirimu, apakah kamu mau wahai diriku?.” Ucap
perempuan itu dengan mengangkat sedikit dagu renica, “a-aku tidak mau!” jawab
renica dengan dirinya yang bermata merah, “oh, jawaban yang sudah kutebak, mari
kita coba lagi.” Jawab perempuan itu dengan senyuman menakutkan.
Suara
dengungan mulai terdengar, badanku tiba-tiba seperti bergerak sendiri dan aku
mulai berlari mundur, ini seperti waktu yang bergerak mundur, dan saat aku
kembali ke tempat awal, aku mulai merasakan sakit karena terjatuh waktu pertama
kali disini. Aku masih tidak bisa menggerakkan badanku, dan badanku mulai bergerak
sendiri dan berjalan ke tempat makhluk aneh tadi, itu seperti siksaan dan aku
tidak tahan dengan ini, aku memutuskan akan menjawab iya saat aku ditanya sosok
aneh itu lagi, “ini adalah dunia mimpi miliku renica, dan aku adalah dirimu,
kita teikat oleh takdir yang kami buat. Sekarang, aku akan tinggal di sisi gelap
dalam dirimu, apakah kamu mau wahai diriku?” ucap perempuan itu dengan mengangkat
sedikit dagu renica, “iya aku mau!, tapi tolong jangan sakiti aku lagi, aku
mohon!.” Jawab renica dengan tangisan. Ini adalah pengalaman paling menyiksa di
dalam hidupku dan aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti makhluk menyeramkan
itu. “aw kamu sangat imut, maaf aku terkadang kasar dengan diriku, aku akan
menjagamu baik-baik wahai diriku” ujar perempuan itu sambil melepaskan dagu
renica dan mulai berdiri, “benarkah?, tunggu apa yang akan kamu laku-.” Tanya renika
dan seketika perempuan itu menusuk dada renica dengan pisau miliknya.