Dream Artifact #02

               “Desir kehampaan yang mulai menyapu langit, kehidupan manusia semakin ternoda setiap harinya. Aku selama ini hanyalah seperti tangkai mawar yang mati didalam guci, dengan kain putih yang menutupinya. Hidup bak sungai yang mengalir, sungai yang memiliki air terjun di setiap ujungnya, begitulah kehidupan manusia, apapun jalur sungai yang mereka ambil atau dapat, pada akhirnya, semua akan berakhir sama.” Bayangan hitam itu mulai mendekati renica dengan menghela nafas panjang sambil tersenyum menakutkan, “manusia, jenismu merupakan ancaman dan anugrah di dunia ini, membuat alam menciptakan cabang sejarah baru, retakan mimpi buruk masa lalu akan mulai muncul kembali, dan aku harus menjadi dirimu yang asli.” Renica seketika terjatuh lalu bangun dari tidurnya.

              Aku sering bermimpi aneh belakangan ini, dan mimpi itu seperti kenyataan. Apakah aku mulai gila?, ah lupakan itu, sebentar lagi jam masuk kelas, hari ini kelasku mengadakan Qwerizen atau hari pengenalan, para pembimbing membiarkan murid untuk mengenal sekolah mereka dan memilih minat mereka, mereka harus berkenalan dengan kaka kelas untuk menjadi pemandu sekolah mereka, jujur ini sangat merepotkan, aku selalu malu saat bertemu orang asing. Mereka selalu membuatku takut, tapi ini satu satunya sekolah di kota ini dan aku sudah berjanji kepada nenek kalau aku akan akan selalu menghadapi masalah dengan senyuman.

              Bel berupa alunan biola sudah terdengar, jujur aku sudah meriset soal sekolah ini, jadi aku tidak perlu berkenalan kepada kaka kelas, aku mengangkat kepalaku dari meja dan berusaha terlihat sibuk agar tidak diajak bicara. “halo Renica!, kita ketemu lagi!.” Ucap perempuan di depan renica, “haloo, um, maaf apakah kita pernah bertemu?.” Ucap renica dengan canggung, “oh lupakan, ngomong-ngomong, namaku  cella, dan di depanku adiku namanya kai, salam kenal renica!.” Ucap cella dengan gestur elegan dan lembut, “halo salam kenal cella dan, kai?.” Ucap renica dengan suara bergetar karena grogi, kai meloleh kebelakang lalu menundukan kepala setelah itu menoleh kembali kedepan,  “ah lupakan si kai, dia orangnya memang aneh, tetapi dia orang baik kok!” bisik cella dengan tersenyum ramah, “ooh, okey hehe” bisik renica dengan gestur canggung, “ngomong-ngomong, renica, apakah kamu suka menari?.” tanya cella, “menari?, um aku suka menari ballet di kamarku hehe, ah itu memalukan untuk dibicarakan” ucap renica sambil menutupi wajah dengan tangan, “benarkah?, itu bagus!, apa kamu ingin melakukan kegiatan qwerizen dengan kami di aula seni?, aku juga mengajak adiku, tetapi dia tidak mau, sangat disayangkan sekali” ucap cella dengan ekspresi kecewa, “ah tentu dong!.” ucap renica dengan senyuman, “benarkah?, yey!” ucap cella dengan semangat.

              “wah bangunan itu cantik sekali!” ucap renica dengan mata yang terpesona, bangunan itu seperti rumah kaca berbentuk setengah lingkaran, dan didalamnya banyak tanaman yang tersusun melingkar di pinggir panggung berbentuk oktagon, “iya cantik, aku tadi kesini bersama kai dan aku meminta dia mengambilkan foto ku dengan bangunan itu.” Ucap cella sambil memotret bangunan itu, ekspresi cella berubah tegang dan serius menatap bangunan itu, “renica ayo cepat kesana” ucap cella dengan ekspresi serius. Setelah sampai di dalam, aku membayangkan ruangan yang ramai dengan orang menari dan menggambar, tapi ruangan itu sangat sepi, “kenapa ruangan ini sangat sepi?” tanya renica ke cella, “oh itu karena semua orang berada di aula musik, ada murid dari band terkenal, jadi mereka berbondong-bondong kesana” jawab cella sambil melihat keadaan, “renica mari keatas panggung!, aku akan memperlihatkanmu sesuatu yang sering kita bertiga laku- eh maksutku ayo keatas panggung untuk bermain peran!” ucap cella dengan tingkah aneh. Cella bertingkah aneh saat ini, aku sedikit ragu tapi aku tidak ingin peristiwa masa lalu terulang kembali, “wah kedengaranya seru, okey!” ucap renica dengan senyum palsu. “Bayangkan kamu memiliki kekuatan yang bisa menggabungkan semua dimensi menjadi satu, lalu tutup matamu dan fokus, setelah itu, bayangkan dunia dengan pohon berdaun semerah darah menghiasi sekolah ini, kamu mengerti?” ucap cella dengan memakai sepatu ballet miliknya, “lalu apa yang akan kamu lakukan?, um apa kamu yakin ini bermain peran?” ucap renica dengan kawatir dan cemas, “aku akan menari mengelilingimu, tidak usah cemas ini hanya latihan imajinasi saja kok!” jawab cella dengan senyum ramah, “ah okey kalau begitu, untung tidak ada orang yang kesini, kalau ada, aku akan sangat malu” ujar renica karena sudah merasa lega. Aku dan cella menaiki panggung, “kamu sudah siap?, tutup matamu okey?” ucap cella dengan ancang-ancang akan menari, “oh okey!” jawab renica yang sedikit gugup. Aku mulai membayangkan semua dimensi menjadi satu dan mulai mendengar langkah tarian cella.

Beberapa menit kemudian hal aneh mulai terjadi, aku mulai panik karena tubuhku mulai tidak bisa bergerak dan lantai panggung seakan mulai menghilang dan membuatku seperti terbang, aku mencoba membuka mata dan berteriak tapi aku tidak bisa. Aku mulai mendengar banyak suara orang menari dan itu membuatku takut, aku berharap ini hanyalah mimpi atau halusinasi, aku mengingat kata cella dan mulai membayangkan pohon semerah darah. Suara mendengung dan suara ketawa cella terdengar, aku sangat takut. Aku mencoba tetap tenang dan berfikir, tiba-tiba suara itu menghilang sesaat aku tiba-tiba terjatuh, kepalaku sedikit pusing dan pandanganku sedikit kabur. Setelah menenangkan diri dengan mengatur nafas, aku mulai berdiri dengan perasaan takut dan cemas, ruangan mendadak menjadi gelap dengan cahaya merah memenuhi ruangan.

“C-Cella, k-kamu dimana?” ujar renica dengan ekspresi takut. Aku memutuskan untuk pergi keluar ruangan, dan aku tidak percaya yang aku lihat, pohon raksasa berdaun merah seperti mencengkram bangunan sekolah sampai terbang keatas, aku melihat seseorang dibawah pohon itu, dan entah kenapa dia seperti familiar. Aku mulai melihat sekitar dan memastikan tidak ada makhluk aneh yang akan menghampiriku, dan aku mulai berlari saat aku rasa sudah aman. Orang itu seperti tertawa melihatku, saat aku mulai terengah-engah aku merasa dia mulai mengejekku, jadi aku mempercepat lariku. Saat sedang fokus berlari dengan amarah, dan tiba-tiba, “Aduh!” ujar renica yang terkejut. Orang itu tiba-tiba didepanku, dan aku jatuh karena tertabrak olehnya, “aw imutnya, wahai renica diriku!.” Ujar perempuan itu dengan memegang dagu renica. Aku sangat terkejut atas apa yang kulihat, aku melihat diriku sendiri dengan mata merah yang menyala, “s-siapa kamu dan dimana ini?” tanya renica dengan penuh perasaan takut dan bingung, “ini adalah dunia mimpi milikku renica, dan aku adalah dirimu, kita teikat oleh takdir yang kami buat. Sekarang, aku akan tinggal di sisi gelap dalam dirimu, apakah kamu mau wahai diriku?.” Ucap perempuan itu dengan mengangkat sedikit dagu renica, “a-aku tidak mau!” jawab renica dengan dirinya yang bermata merah, “oh, jawaban yang sudah kutebak, mari kita coba lagi.” Jawab perempuan itu dengan senyuman menakutkan.

              Suara dengungan mulai terdengar, badanku tiba-tiba seperti bergerak sendiri dan aku mulai berlari mundur, ini seperti waktu yang bergerak mundur, dan saat aku kembali ke tempat awal, aku mulai merasakan sakit karena terjatuh waktu pertama kali disini. Aku masih tidak bisa menggerakkan badanku, dan badanku mulai bergerak sendiri dan berjalan ke tempat makhluk aneh tadi, itu seperti siksaan dan aku tidak tahan dengan ini, aku memutuskan akan menjawab iya saat aku ditanya sosok aneh itu lagi, “ini adalah dunia mimpi miliku renica, dan aku adalah dirimu, kita teikat oleh takdir yang kami buat. Sekarang, aku akan tinggal di sisi gelap dalam dirimu, apakah kamu mau wahai diriku?” ucap perempuan itu dengan mengangkat sedikit dagu renica, “iya aku mau!, tapi tolong jangan sakiti aku lagi, aku mohon!.” Jawab renica dengan tangisan. Ini adalah pengalaman paling menyiksa di dalam hidupku dan aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti makhluk menyeramkan itu. “aw kamu sangat imut, maaf aku terkadang kasar dengan diriku, aku akan menjagamu baik-baik wahai diriku” ujar perempuan itu sambil melepaskan dagu renica dan mulai berdiri, “benarkah?, tunggu apa yang akan kamu laku-.” Tanya renika dan seketika perempuan itu menusuk dada renica dengan pisau miliknya.


Lebih baru Lebih lama